Kualitas Beras SPHP Dikeluhkan, Bulog Ungkap Rahasia Penyimpanan dan Proses Pengemasan

Jakarta – Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kembali jadi sorotan publik. Sejumlah masyarakat mengeluhkan kualitas beras SPHP yang dinilai menurun, bahkan ada yang menyebut sebagian stok beras mengalami kerusakan. Namun, Perum Bulog memastikan bahwa beras yang mereka salurkan sebenarnya sudah melalui proses penyimpanan dan pengemasan sesuai standar yang ketat.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman turut menanggapi keluhan itu. Ia menyebut, secara umum produksi beras dalam negeri dalam kondisi baik, hanya saja persoalan bisa muncul ketika proses penyimpanan berlangsung terlalu lama. Situs Slot PG Soft


“Kalau ditemukan beras rusak, itu karena penyimpanan. Produksinya sendiri baik,” ujar Amran di Jakarta, Sabtu (30/8/2025).

Sistem Penyimpanan Bulog: FIFO Jadi Kunci

Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menjelaskan bahwa sejak pertama kali beras masuk ke gudang, pihaknya sudah melakukan pengelompokan berdasarkan usia panen:

  • 0–3 bulan

  • 3–6 bulan

  • 6–9 bulan

  • 9–12 bulan

  • lebih dari 1 tahun

Pengelompokan ini menjadi dasar penerapan sistem First In First Out (FIFO). Artinya, beras yang lebih dulu masuk gudang akan didahulukan untuk disalurkan. Meski begitu, Ahmad menegaskan bahwa beras tetap aman disimpan dalam jangka panjang selama dirawat dengan baik.

“Prinsipnya, sepanjang beras dipelihara dengan baik, InsyaAllah masa simpannya panjang,” kata Ahmad saat meninjau Gudang Bulog Kanwil DKI dan Banten, Sabtu (6/9/2025).

Large Call to Action Headline

Bulog rutin melakukan pemeriksaan kualitas beras secara berkala. Setiap hari, minggu, hingga bulanan, ada pemeliharaan untuk memastikan stok tetap layak konsumsi.

Bila ditemukan indikasi serangan hama, Bulog melakukan fumigasi. Setelah itu, kualitas beras kembali dicek agar benar-benar aman sebelum disalurkan.

“Kalau sudah kami rawat dan masih memburuk, ya kami laporkan ke pimpinan untuk solusi lebih lanjut. Intinya, Bulog akan menjaga sebaik-baiknya,” tegas Ahmad.

Tantangan: Beras Baru Bisa Lebih Cepat Rusak

Menariknya, Ahmad mengungkap fakta bahwa justru beras baru kadang lebih cepat berubah warna menjadi kuning. Hal itu biasanya terjadi karena proses panen yang kurang sempurna atau kadar air tinggi saat gabah dipanen.

“Panen tidak kering betul, dipaksa masuk pengering, digiling, dan jadi beras. Sampai gudang warnanya bisa cepat kuning,” jelas Ahmad.

Dalam kondisi seperti ini, Bulog memakai asas skala prioritas: stok yang berpotensi cepat rusak akan segera didahulukan untuk disalurkan ke masyarakat.

Proses Sterilisasi dan Pengemasan Modern

Sebelum beras SPHP didistribusikan, setiap butirnya dipastikan bersih dari kotoran. Beras melewati mesin pemilah untuk memisahkan kerikil, sisa karung, atau benda asing lainnya.

Setelah itu, beras masuk ke mesin pengemasan otomatis yang memastikan setiap karung memiliki berat isi yang seragam.

“Hasilnya cukup baik, yang kualitas jelek otomatis tersaring,” papar Ahmad.

Jalur Distribusi: Dari Pasar Tradisional hingga Retail Modern

Beras SPHP yang sudah siap kemudian disalurkan lewat berbagai jalur:

  • pengecer di pasar tradisional

  • koperasi desa dan outlet binaan BUMN

  • lembaga pemerintah, TNI–Polri

  • hingga masuk ke retail modern

Ahmad mengakui distribusi tidak bisa berlangsung seketika karena demand begitu besar. Namun Bulog berkomitmen mempercepat penyaluran agar stok selalu tersedia di masyarakat.

“Penyaluran butuh waktu, tapi kami pastikan akan masif. Demand besar, jadi distribusi pun harus besar,” tandasnya.

Meski ada keluhan, Bulog menegaskan kualitas beras SPHP tetap terjaga melalui sistem penyimpanan FIFO, pemeriksaan rutin, dan pengemasan modern. Tantangan terbesar justru berasal dari faktor teknis di lapangan, seperti kondisi panen yang tidak sempurna.

Pada akhirnya, peran Bulog tetap krusial: menjaga agar beras SPHP tetap hadir di pasaran sebagai instrumen penting menstabilkan harga dan pasokan pangan nasional.

Categories